Senin, 21 September 2020

CERPEN (Selfi)

SELFI

by: Rini peen 





    Cerpen ini diciptakan dan ditulis oleh pengarangnya. Terdapat hak cipta bagi yang melakukan plagiarisme tanpa mencantumkan nama penulis. Referensi : Cerpen (cium) Raditya Dika    

    Bagi kebanyakan  remaja yang antusias banget sama kamera dan foto selfi sering kali dijadikan ajang sebagai tolak ukur gaya anak-anak remaja yang kekinian bahkan dari dulu. Entah itu selfi pake filter instagram maupun bukan. Tapi itu semua nggak berlaku bagi remaja yang satu ini bernama Ara. 

 

    Ara beserta keluarganya pindah dari kota Bandung ke Bekasi untuk kehidupan yang lebih baik. Saat ini Ara adalah siswa pindahan di sekolah barunya. Selama ia mengikuti pembelajaran di Sekolah, ia tak pernah membawa handphone seperti anak kebanyakan. Padahal pihak sekolah SMA nya memperbolehkan para murid untuk membawanya.

 

    Tibalah tugas kerja kelompok sebagai PR dari guru diberikan kepada murid. Masing-masing kelompok terdiri dari 2 sampai 3 anak, dan Ara memiliki 1 teman kelompok bernama Dewi. 

 

    Sampailah Dewi dirumah Ara untuk mengerjakan tugas kelompok.

    "Ra maaf ya aku telat. tadi dianter sama abang. Biasalah, orang malesan kaya gitu."

    "Nggak papa". Jawab Ara.

    "Bagusdeh cuma 2 orang, kalo rame-rame pasti yang kerja nggak semuanya. Iya kan Ra?" Tanya Dewi.

    "Aku berharapnya malah rame. Makin rame makin bagus". Jawab Ara

    "Ah, Yaudah yuk langsung kerjain aja tugasnya." Ucap Dewi.

 

    30 menit berlalu Ara dan Dewi membolak balikkan buku untuk mendapatkan jawaban dari tugas mereka. Tak lama Kakak Ara mengantarkan minum untuk Ara dan Dewi. Ia menaruh segelas es jeruk disamping HP dan segelasnya lagi disamping siku Dewi.

    "Diminum Ra, dan temannya Ara." Ucapnya sambil sedikit meringis.

 

    Namun mereka tidak menggubris karena terlalu fokus kepada tugasnya. Hingga akhirnya Dewi menyadari kalau dia mulai bosan mengerjakan tugasnya. Melihat segelas es jeruk ia langsung meminumnya dan mengeluarkan Handphone dari dalam tasnya. Dewi membuat Insta Story lewat instagramnya yang mendeskripsikan bahwa ia sedang mengerjakan tugas kelompok bersama Ara. Kemudian ia memerhatikan unggahannya dan melihat ada Handphone dimeja dengan logo buah apel.

 

    "Wih Ra, HP siapa ni?" Kata Dewi sambil meraih HP tersebut.

    "HPku Dew."

    "Aku kira kamu memang nggak punya hp. Hp baru yaa"

    "Udah lama, lumayan lama." Jawab Ara.

    "Oh ya? Kenapa nggak pernah dibawa ke Sekolah Ra? Aku boleh selfi disini nggak?" 

    "Aku nggak suka selfi. Di Hp itu."Dewi pun mulai mengambil foto selfinya dengan senyum yang manis.

 

    "Gila-gila Ra, hasilnya jadi cantik banget. Hp ku mah kalah jauh. Liat deh." Kata Dewi dengan senang. Ara pun hanya mengangguk menunjukkan dia setuju. Beberapa kali Dewi mengambil gambar dirinya dan melihat hasil digaleri hp Ara. 

    "Beneran nggak suka selfi ya Ra, kebanyakan isi galeri kamu foto selfi temenmu semua." Kata Dewi.

    

    "Aku pengen banget jadi selebgram, makanya aku suka selfi. Cobalah Ra sesekali kamu selfi. Kan bukan kentang juga hpmu." Sambungnya. Ara hanya senyum tipis dan masih mengerjakan tugas kelompoknya.

 

"Ara... udah dong ngerjainnya. Nggak capek apa?" Tanya Dewi dengan sedikit bernada.

"Kamu capek Dew?"

"Iya, bosen juga. Rumah kamu hening banget. Ohiya Ra, aku mau tau dong kenapa kamu pindah kota. Ceritain ya Ra, biar aku juga nggak bosen. hehe.." Kata Dewi.

"Bener nih kamu mau tau?" Tanya Ara.

"Iya lah." Ucap Dewi.

 

    "Oke kalo gitu, tapi setelah aku ceritain, cerita ini nggak boleh kedengeran sama siapa-siapa. Kalo sampe orang lain tau, aku sama keluargaku harus pindah lagi ke kota lain.". Kata Ara.

"Iya, aku nggak bakal ceritain kesiapa-siapa Ra".

 

 

"Oke,  Jadi keluargaku tu ada 4. Ayahku, ibuku, kakakku dan aku. Kami dulu sering main bareng dirumah. Aku seneng banget kalo setelah pulang sekolah nonton acara TV kesukaan kami. Tapi semuanya berubah setelah ibu aku ngasih hadiah HP ke ayah. Kesibukan ayah jadi bukan pekerjaannya aja, tapi HP juga dijadiin kesibukannya. Ayah sama ibu aku sering berantem gara-gara itu. Waktu untuk kami pun jadi kurang. Tapi nggak lama ibu juga dapet kado pernikahan dari ayah, yaitu Hp. Gara-gara itu juga ayah sama ibu jarang ribut lagi karena masing-masing punya kesibukan sendiri. Tapi kami masih sering nonton acara TV kesukaan keluarga walaupun ayah sama ibu masih ny-croll sesuatu dilayar hp masing-masing. Temen mainku dirumah yang tersisa cuma kakak. Aku nggak begitu sedih lagi karena ada kakak yang ngertiin aku. Tapi suatu hari setelah kakakku pulang dari sekolah dia nangis minta dibeliin Hp kaya temen-temennya ke ayah. Ayah sih nggak nolak dan langsung beliin Hp kakak, dan Hp yang barusan kamu pegang itu hp kakak. Semuanya udah pada lupa sama aku. Mereka sibuk masing-masing ngabisin waktu cuma buat benda kotak panjang yang nggak berguna. Aku jadi benci sama Hp. Gara-gara Hp waktu kami nggak sedeket dulu. Kakakku lagi heboh-hebohnya punya Hp dan saat itu juga aku tau dia punya pacar. Aku main sendiri dan pengen banget rasanya ngumpetin Hp mereka semua. Tapi gagal karena ketauan kakak dan aku dimarahin. Suatu saat kakakku putus sama pacarnya dan berubah jadi pendiam kaya orang depresi. Dia bilang dia abis nglakuin hal yang nggak seharusnya dilakuin. Aku nyoba jadi pendengar yang baik buat dia, tapi dia malah ngebentak aku dan bilang aku nggak bakal ngerti. Ayah sempet ngajak kakak ke psikiater, sampai akhirnya ayah ngundang seseorang buat nyembuhin kakak aku. Ternyata kakak aku kena guna-guna yang nggak bisa dipikir pake akal. Orang itu bacain mantra dan seolah-olah dia berhasil menggapai makhluk yang ada didalam diri kakak aku. "Bapak, ibu, ini makhluk yang selama ini mengganggu putri kalian. Aku akan coba membuangnya." Namun yang kuliat orang itu bikin perjanjian sama makhluknya. "Maaf bapak ibu, saya tidak bisa membuangnya karena kekuatannya terlalu besar. Saya hanya bisa memindahkannya kesuatu benda yang sering dipakai oleh kebanyakan orang. Dia tidak akan kembali ke dalam diri anak bapak dan ibu, tapi.." "tapi apa mbah?". tanya Ayahku. "Tapi makhluk ini akan mencari mangsa lain sebagai gantinya. Bendanya harus bisa memantulkan gambar yang ada didepannya agar makhluk ini siap untuk memangsanya. Tapi tenang, makhluk ini akan menjadi teman kalian semua tanpa mengusik namun akan selalu mencptakan kedamaian dalam rumah ini. Sebagai gantinya ia perlu makan. Memakan orang-orang disekitar kalian dengan hanya melihat wajahnya saja. Tidak akan langsung, namun hingga malam tiba, orang itu akan bermimpi buruk, mimpi kalau wajahnya berubah jadi monster mengerikan dan dengan tangannya sendiri ia mematahkan lehernya, membuang kepalanya sendiri seperti benar-benar mati". Orang itu berusaha banget buat mindahinnya tanpa nyiapin benda yang bisa nyimpen mahkluk jahat itu. Kakak teriak kesakitan sejadi-jadinya, tanpa pikir panjang aku ngasih benda apapun itu yang ada disekitar dan..."

 

"Tiiinn." Bunyi klakson mobil didepan rumah.

"Kayaknya abangku deh Ra. Aku udah dijemput abang rupanya.". Dewi pun berdiri dan siap-siap untuk keluar. "Tenang Ra, aku nggak bakal ceritain ini kesiapa-siapa kok."

"Kamu nggak penasaran aku ngasih benda apa ke orang itu?"

"Cermin kan? Apalagi kalo bukan cermin. Pasti cerminnya udah dipecahin sama ayah kamu. Kalo aku jadi kamu, aku juga bakal ngasih cermin kok Ra, biar enak mecahinnya dan makhluk tadi nggak bakal mangsa siapapun. Yaudah besok lagi kita kerjain tugasnya lagi ya, dan aku janji nggak akan cerita ke siapa-siapa. Lagian kan ini privasi." Kata Dewi.

"Iya, aku tau kamu NGGAK AKAN CERITA KESIAPA-SIAPA SETELAH INI.". Kata Ara sambil tersenyum tipis. 

 

    Tak lama kakak Ara keluar untuk mengambil dua gelas es jeruk yang tadi ia antarkan untuk Ara dan Dewi.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mahasiswa Perminyakan UIR Lulus Tanpa Sidang Skripsi, Ini Alasannya

       Muhammad Yudatama Hasibuan (kiri) Dosen pembimbing tugas akhir (kanan)      Muhammad Yudatama Hasibuan mahasiswa prodi Perminyakan Un...