SELFI
by: Rini peen
Cerpen ini diciptakan dan ditulis oleh pengarangnya. Terdapat hak cipta bagi yang melakukan plagiarisme tanpa mencantumkan nama penulis. Referensi : Cerpen (cium) Raditya Dika
Bagi kebanyakan remaja
yang antusias banget sama kamera dan foto selfi sering kali dijadikan ajang
sebagai tolak ukur gaya anak-anak remaja yang kekinian bahkan dari dulu. Entah
itu selfi pake filter instagram maupun bukan. Tapi itu
semua nggak berlaku bagi remaja yang satu ini bernama
Ara.
Ara beserta keluarganya pindah dari kota Bandung ke Bekasi untuk
kehidupan yang lebih baik. Saat ini Ara adalah siswa pindahan di sekolah
barunya. Selama ia mengikuti pembelajaran di Sekolah, ia tak pernah
membawa handphone seperti anak kebanyakan. Padahal pihak sekolah SMA nya memperbolehkan para murid untuk membawanya.
Tibalah tugas kerja kelompok sebagai PR dari guru diberikan kepada
murid. Masing-masing kelompok terdiri dari 2 sampai 3 anak, dan Ara memiliki 1
teman kelompok bernama Dewi.
Sampailah
Dewi dirumah Ara untuk mengerjakan tugas kelompok.
"Ra maaf ya aku telat. tadi dianter sama abang. Biasalah, orang
malesan kaya gitu."
"Nggak papa". Jawab Ara.
"Bagusdeh cuma 2 orang, kalo rame-rame pasti yang kerja nggak semuanya.
Iya kan Ra?" Tanya Dewi.
"Aku berharapnya malah rame. Makin rame makin bagus". Jawab
Ara
"Ah, Yaudah
yuk langsung kerjain aja tugasnya." Ucap Dewi.
30 menit berlalu Ara dan Dewi membolak balikkan buku untuk mendapatkan
jawaban dari tugas mereka. Tak lama Kakak Ara mengantarkan minum untuk Ara dan
Dewi. Ia menaruh segelas es jeruk disamping HP dan segelasnya
lagi disamping siku Dewi.
"Diminum Ra, dan temannya Ara." Ucapnya sambil sedikit
meringis.
Namun mereka tidak menggubris karena terlalu fokus kepada tugasnya.
Hingga akhirnya Dewi menyadari kalau dia mulai bosan mengerjakan tugasnya.
Melihat segelas es jeruk ia langsung meminumnya dan mengeluarkan Handphone dari
dalam tasnya. Dewi membuat Insta Story lewat instagramnya yang
mendeskripsikan bahwa ia sedang mengerjakan tugas kelompok bersama Ara.
Kemudian ia memerhatikan unggahannya dan melihat ada Handphone dimeja
dengan logo buah apel.
"Wih Ra, HP siapa ni?" Kata Dewi sambil
meraih HP tersebut.
"HPku Dew."
"Aku kira kamu memang nggak punya hp. Hp baru
yaa"
"Udah lama, lumayan lama." Jawab Ara.
"Oh ya? Kenapa nggak pernah dibawa ke Sekolah Ra?
Aku boleh selfi disini nggak?"
"Aku nggak suka
selfi. Di Hp itu."Dewi pun mulai mengambil foto selfinya dengan senyum
yang manis.
"Gila-gila Ra, hasilnya jadi cantik banget. Hp ku mah kalah jauh.
Liat deh." Kata Dewi dengan senang. Ara pun hanya mengangguk menunjukkan
dia setuju. Beberapa kali Dewi mengambil gambar dirinya dan melihat hasil
digaleri hp Ara.
"Beneran nggak suka selfi ya Ra, kebanyakan isi
galeri kamu foto selfi temenmu semua." Kata Dewi.
"Aku pengen banget jadi selebgram, makanya aku
suka selfi. Cobalah Ra sesekali kamu selfi. Kan bukan kentang juga hpmu."
Sambungnya. Ara hanya senyum tipis dan masih mengerjakan tugas kelompoknya.
"Ara...
udah dong ngerjainnya. Nggak capek apa?"
Tanya Dewi dengan sedikit bernada.
"Kamu
capek Dew?"
"Iya,
bosen juga. Rumah kamu hening banget. Ohiya Ra, aku mau tau dong kenapa kamu
pindah kota. Ceritain ya Ra, biar aku juga nggak bosen.
hehe.." Kata Dewi.
"Bener
nih kamu mau tau?" Tanya Ara.
"Iya
lah." Ucap Dewi.
"Oke kalo gitu, tapi setelah aku ceritain, cerita ini nggak boleh
kedengeran sama siapa-siapa. Kalo sampe orang lain tau, aku sama keluargaku harus pindah lagi ke kota lain.". Kata Ara.
"Iya,
aku nggak bakal ceritain kesiapa-siapa Ra".
"Oke,
Jadi keluargaku tu ada 4. Ayahku, ibuku, kakakku dan aku. Kami dulu sering main
bareng dirumah. Aku seneng banget kalo setelah pulang sekolah nonton acara TV
kesukaan kami. Tapi semuanya berubah setelah ibu aku ngasih hadiah HP ke ayah.
Kesibukan ayah jadi bukan pekerjaannya aja, tapi HP juga dijadiin kesibukannya.
Ayah sama ibu aku sering berantem gara-gara itu. Waktu untuk kami pun jadi
kurang. Tapi nggak lama ibu juga dapet kado pernikahan dari
ayah, yaitu Hp. Gara-gara itu juga ayah sama ibu jarang ribut lagi karena
masing-masing punya kesibukan sendiri. Tapi kami masih sering nonton acara TV
kesukaan keluarga walaupun ayah sama ibu masih ny-croll sesuatu
dilayar hp masing-masing. Temen mainku dirumah yang tersisa cuma kakak.
Aku nggak begitu sedih lagi karena ada kakak yang ngertiin
aku. Tapi suatu hari setelah kakakku pulang dari sekolah dia nangis minta
dibeliin Hp kaya temen-temennya ke ayah. Ayah sih nggak nolak
dan langsung beliin Hp kakak, dan Hp yang barusan kamu pegang itu hp kakak.
Semuanya udah pada lupa sama aku. Mereka sibuk masing-masing ngabisin waktu
cuma buat benda kotak panjang yang nggak berguna. Aku jadi benci sama Hp.
Gara-gara Hp waktu kami nggak sedeket dulu. Kakakku lagi heboh-hebohnya punya
Hp dan saat itu juga aku tau dia punya pacar. Aku main sendiri dan pengen
banget rasanya ngumpetin Hp mereka semua. Tapi gagal karena ketauan kakak dan
aku dimarahin. Suatu saat kakakku putus sama pacarnya dan berubah jadi pendiam
kaya orang depresi. Dia bilang dia abis nglakuin hal yang nggak seharusnya
dilakuin. Aku nyoba jadi pendengar yang baik buat dia, tapi dia malah ngebentak
aku dan bilang aku nggak bakal ngerti. Ayah sempet ngajak kakak ke psikiater,
sampai akhirnya ayah ngundang seseorang buat nyembuhin kakak aku. Ternyata
kakak aku kena guna-guna yang nggak bisa dipikir pake akal.
Orang itu bacain mantra dan seolah-olah dia berhasil menggapai makhluk yang ada
didalam diri kakak aku. "Bapak, ibu, ini makhluk yang selama ini
mengganggu putri kalian. Aku akan coba membuangnya." Namun yang kuliat
orang itu bikin perjanjian sama makhluknya. "Maaf bapak ibu, saya tidak
bisa membuangnya karena kekuatannya terlalu besar. Saya hanya bisa
memindahkannya kesuatu benda yang sering dipakai oleh kebanyakan orang. Dia
tidak akan kembali ke dalam diri anak bapak dan ibu, tapi.." "tapi apa
mbah?". tanya
Ayahku. "Tapi makhluk ini akan mencari mangsa lain sebagai gantinya.
Bendanya harus bisa memantulkan gambar yang ada didepannya agar makhluk ini
siap untuk memangsanya. Tapi tenang, makhluk ini akan menjadi teman kalian
semua tanpa mengusik namun akan selalu mencptakan kedamaian dalam rumah ini. Sebagai
gantinya ia perlu makan. Memakan orang-orang disekitar kalian dengan hanya
melihat wajahnya saja. Tidak akan langsung, namun hingga malam tiba, orang itu
akan bermimpi buruk, mimpi kalau wajahnya berubah jadi monster mengerikan dan
dengan tangannya sendiri ia mematahkan lehernya, membuang kepalanya sendiri
seperti benar-benar mati". Orang
itu berusaha banget buat mindahinnya tanpa nyiapin benda yang bisa nyimpen mahkluk jahat itu. Kakak teriak kesakitan sejadi-jadinya, tanpa
pikir panjang aku ngasih benda apapun itu yang ada disekitar dan..."
"Tiiinn." Bunyi
klakson mobil didepan rumah.
"Kayaknya
abangku deh Ra. Aku udah dijemput abang rupanya.". Dewi pun berdiri dan
siap-siap untuk keluar. "Tenang Ra, aku nggak bakal
ceritain ini kesiapa-siapa kok."
"Kamu nggak penasaran
aku ngasih benda apa ke orang itu?"
"Cermin
kan? Apalagi kalo bukan cermin. Pasti cerminnya udah dipecahin sama ayah kamu. Kalo aku jadi
kamu, aku juga bakal ngasih cermin kok Ra, biar enak mecahinnya dan makhluk
tadi nggak bakal mangsa siapapun.
Yaudah besok lagi kita kerjain tugasnya lagi ya, dan aku janji nggak akan
cerita ke siapa-siapa. Lagian kan ini privasi." Kata Dewi.
"Iya,
aku tau kamu NGGAK AKAN CERITA KESIAPA-SIAPA SETELAH
INI.". Kata Ara sambil tersenyum tipis.
Tak lama kakak Ara keluar untuk mengambil dua gelas es jeruk yang tadi
ia antarkan untuk Ara dan Dewi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar